Asal Usul dan Rahasia Merawat Burung Hwa Mei

Terimakasih telah mengunjungi blog ini.
Salam sehat selalu bagi anda para penggila burung ocehan. Pada sesi ini saya akan membahas tentang asal usul Burung Hwa mei burung hwa mei bernama latin (Garrulax canorus) yang disebut juga burung wam bie tergolong penyanyi (burung kicau) yang paling binal di antara burung ocehan, karena tak pernah bisa berdiam diri, ujar penggemar burung.
Burung jantan dan betina sama-sama bersuara merdu. Perbedaannya, burung jantan bersuara nyaring dan bervariasi suaranya serta pandai menirukan bunyi burung lain. Sedangkan burung betina tidak begitu nyaring, agak kurang variasi suaranya, akan tetapi melodi dan iramanya tetap enak untuk didengar.

Nama hwa mei berasal dari bahasa Mandarin yang berarti lukisan atau gambar alis mata. Disebut demikian karena di daerah dekat mata pada burung ini terdapat garis putih menyolok berbentuk alis mata orang. Bentuk gambar alis mirip bulan sabit yang melengkung terbalik.
Warna bulunya cokelat, seperti bulu burung gereja. Waktu masih muda warna bulunya cokelat muda, dan setelah dewasa berubah cokelat tua. Perbedaan warna bulu burung jantan cokelat kemerahan (tidak kusam), sedang burung betina merah agak kusam.

Persis seperti burung poksay, daerah asal burung Hwa Mei adalah pedalaman daratan China. Di alam habitat aslinya burung ini hidup di hutan bambu, belukar atau hutan kecil, serta hutan lebat yang berpohon-pohon besar pada daerah berketinggian 400 s/d 1.500 meter dpl. Mereka hidup berpasang-pasangan, serta senang berkeliaran di semak belukar yang rimbun dan sejuk, dan tidak suka terkena terik matahari secara langsung.

Panjang Hwa mei dewasa sekitar 17,5 cm, jauh lebih kecil dibanding Poksay dewasa yang panjangnya 27,5 cm. Akan tetapi tingkah laku Hwa mei jauh lebih lincah dibandingkan Poksay. Karena Hwa mei tak suka berdiam diri, gemar terbang meloncat dan bersalto (jungkir balik) di udara.
Di alam aslinya, burung ini suka terbang berkeliaran di semak-semak dan mandi di pinggir sungai kecil berair jernih, tapi dangkal. Setelah hidup di dalam sangkar sebagai burung peliharaan, kebiasaannya mandi ini pun tidak hilang. Jadi dalam perawatan burung hwa mei ini setiap hari, dalam sangkar perlu disediakan air untuk mandi. Kalau perlu disediakan sangkar khusus yang terdapat bak mandinya terbuat dari plastik atau bahan lain, untuk keperluan mandi itu. Waktu mandi biasanya berlangsung pagi hari antara jam 7.00 dan 10.00. Tetapi paling baik sebenarnya siang hari, antara jam 13.00 dan 16.00, asalkan udara cerah.

Jangkrik Sebagai Makanan Tambahan
Di alam bebas, burung ini makan biji-bijian, buah-buahan, dan serangga (cengkerik / jangkrik), belalang, semut dan telurnya, kumbang kecil, dan ulat). Di dalam sangkar, ia tidak bisa mencari makan sendiri. Jadi makanan perlu disediakan.

Makanan burung Hwa mei (Wam bie) dalam sangkar sebaiknya tidak jauh berbeda dengan makanan di alam habitat aslinya. Boleh berupa voer (pur = makanan buatan) berbentuk pellet, sebagai makanan pokok, buah-buahan, dan serangga sebagai makanan tambahan.
Buah-buahan yang baik untuk Hwa mei adalah pepaya, pisang kepok atau pisang siem masak. Buah ini diberikan bergantian setiap harinya. Buah cukup dikupas sebagian kulitnya, lalu digantung dalam sangkar, Hwa mei akan makan sesuai keperluannya.

Jenis serangga yang diberikan sebaiknya berupa cengkerik dan ulat hongkong, yang diberikan secara bergantian pula. Jumlah cengkerik sekali makan, cukup tiga ekor saja, sedang ulat hongkong jangan sampai lebih lima ekor sekali makan.

Serangga adalah berguna sebagai perangsang bunyi. Burung bakalan yang diberi serangga secara teratur akan cepat berkicau dan rajin berbunyi. Buah-buahan berguna untuk mengolah suara kicauan supaya empuk dan merdu kedengarannya, sedang makanan berupa voer bertugas sebagai sumber tenaga.

Terimakasih dan selamat mencoba.!

0 Response to "Asal Usul dan Rahasia Merawat Burung Hwa Mei"

Posting Komentar